Frank Whittle lahir pada 1 Juni 1907 di Coventry, Inggris. Sejak kecil, ia telah menunjukkan minat besar terhadap mesin dan teknologi. Ia sering menghabiskan waktu di bengkel ayahnya, tempat ia mulai memahami dasar-dasar mekanika dan teknik.
Awal Kehidupan Frank Whittle
Meski sempat gagal dalam ujian masuk Royal Air Force (RAF) karena masalah fisik, ia tidak menyerah. Dengan kegigihan luar biasa, Whittle akhirnya diterima dan menjadi siswa teknisi pesawat di RAF. Kariernya sebagai pilot uji dan teknisi semakin memperkuat ketertarikannya pada sistem propulsi pesawat.
Gagasan Awal tentang Mesin Jet
Pada akhir 1920-an, saat belajar di RAF College Cranwell, Whittle menulis makalah berjudul Future Developments in Aircraft Design. Dalam makalah ini, ia mengusulkan ide penggunaan mesin turbin gas sebagai pengganti baling-baling untuk mendorong pesawat ke kecepatan lebih tinggi.
Gagasannya tergolong sangat revolusioner pada masa itu. Alih-alih mengandalkan daya dorong dari baling-baling, ia mengusulkan penggunaan turbin gas yang menghasilkan dorongan jet langsung dari knalpot, sebuah konsep yang belum banyak dipahami bahkan oleh kalangan ahli penerbangan.
Pada 1930, Whittle mengajukan patennya untuk desain mesin jet, yang kemudian menjadi dasar dari pengembangan pesawat jet di masa depan. Sayangnya, pada awalnya tidak banyak pihak yang percaya bahwa gagasan ini bisa diwujudkan.
Mendirikan Power Jets Ltd dan Proyek Mesin Jet
Dengan tekad kuat, Whittle mendirikan sebuah perusahaan bernama Power Jets Ltd pada tahun 1936. Bersama tim kecilnya, ia mulai mengembangkan prototipe mesin jet berdasarkan desain yang telah ia patenkan. Meskipun dana yang dimiliki terbatas, ia berhasil menciptakan mesin yang mampu menghasilkan dorongan jet dari turbin gas.
Puncak dari perjuangannya adalah ketika mesin jet ciptaannya akhirnya digunakan pada pesawat eksperimental Inggris pertama, yaitu Gloster E.28/39. Uji coba pertama dilakukan pada 15 Mei 1941, dan menjadi momen bersejarah dalam dunia penerbangan. Pesawat tersebut terbang sukses, didorong oleh mesin turbojet rancangan Whittle, menandai awal era penerbangan jet.
Dampak Global dari Penemuan Mesin Jet
Mesin jet yang ditemukan oleh Whittle memberikan dampak luar biasa pada sektor militer dan sipil. Di bidang militer, mesin jet memungkinkan terciptanya pesawat tempur yang lebih cepat dan bertenaga, seperti Gloster Meteor, pesawat jet tempur pertama RAF yang aktif digunakan selama Perang Dunia II.
Sementara dalam penerbangan sipil, penemuan ini menjadi pondasi bagi lahirnya pesawat komersial jet yang mampu mengangkut penumpang dalam waktu singkat antarnegara atau antarbenua, seperti De Havilland Comet dan Boeing 707.
Menariknya, pada waktu yang hampir bersamaan, Hans von Ohain di Jerman juga mengembangkan mesin jet secara terpisah. Meski demikian, Frank Whittle tetap diakui sebagai pelopor utama mesin jet di Inggris dan dunia karena patennya lebih dulu dan pengembangannya lebih sistematis.
Pengakuan dan Kehidupan Selanjutnya
Atas kontribusinya yang luar biasa, Frank Whittle menerima berbagai penghargaan, termasuk gelar Sir dari Kerajaan Inggris dan Order of Merit. Ia juga menjadi anggota Royal Society dan dianugerahi berbagai gelar kehormatan dari institusi akademik di seluruh dunia.
Setelah pensiun dari dunia penerbangan, Whittle tinggal di Amerika Serikat dan tetap aktif memberikan kuliah serta mendukung riset teknologi hingga akhir hayatnya. Ia wafat pada 9 Agustus 1996 di usia 89 tahun.
Penutup
Frank Whittle adalah bukti nyata bahwa inovasi besar bisa lahir dari imajinasi dan tekad yang kuat. Dengan visinya tentang sistem propulsi pesawat yang baru, ia berhasil menciptakan mesin jet yang merevolusi dunia penerbangan. Penemuannya tidak hanya mempercepat teknologi dirgantara, tetapi juga membuka era baru dalam transportasi global.
Warisan Frank Whittle masih terasa hingga kini setiap kali kita menaiki pesawat jet yang membelah langit dengan kecepatan tinggi—tepat seperti yang ia bayangkan puluhan tahun lalu. Tanpa dedikasinya, dunia mungkin belum mengenal perjalanan udara secepat dan sepraktis sekarang.